![]() |
Oleh: |
KSM Sido Rukun adalah salah satu KSM di bawah naungan BKM Setya Bhakti Desa Pondokrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dengan dana BLM APBN-P 2011 di bulan Januari 2012, Koordinator BKM Setya Bhakti Iksan mengadakan Pelatihan Kewirausahaan dan Pemberian Alat. Suharni adalah salah satu penerima manfaat di Dusun Jenengan, Desa Pondokrejo, yang menerima alat penggiling slondok dalam kegiatan sosial.
Ketika adzan subuh berkumandang, seluruh penghuni rumah Suharni terbangun untuk segera menjalankan salat sebelum memulai aktivitas kegiatan usaha, yang sudah ditekuninya sejak tahun 1985. Berawal dari membantu usaha kakaknya yang tinggal di Banjarharjo, Desa Pondokrejo yang sudah terlebih dulu membuat slondok.
![]() |
![]() |
Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan | Pemberian alat giling slondok |
Suharni tidak menyangka bahwa usaha slondok yang ditekuninya selama ini ternyata bisa bertahan sampai sekarang. Usaha tersebut tidak hanya bermanfaat untuk menghidupi keluarganya saja tetapi juga membantu tetangga kanan-kiri yang masuk kategori miskin dan menambah penghasilan mereka.
Sepanjang tahun 1985 - 2009 usaha slondok ini hanya dilakukan Suharni beserta putra-putrinya saja. Slondok adalah nama salah satu jenis makanan ringan yang terbuat dari ketela pohon/singkong. Makanan ringan ini rasanya gurih dan renyah. Dengan harga murah dan terjangkau, slondok sangat disukai masyarakat, sehingga membawa keberkahan tersendiri bagi Suharni dan kelompoknya.
Seiring makin banyaknya pesanan, Suharni mengajak Yuliati, yang berperan sebagai koordinator produksi, agar bisa membantu menjalankan usaha. Sedangkan Suharni akan lebih berkonsentrasi ke pemasaran. Sekarang jumlah tenaga yang terlibat dalam pembuatan slondok ini berjumlah 15 orang.
Pesanan slondok membludak biasanya saat Hari Raya Idul Fitri, dimana sehari bisa mencapai 4 kwintal ketela pohon. Sayangnya, ketela ini tidak bisa ditanam di Dusun Jenengan, karena terkendala hama tikus. Akhirnya bahan baku dibeli dari Pasar Tempel.
Adapun proses pembuatan slondok adalah sebagai berikut:
![]() Gambar 1 |
|
|
![]() Gambar 2 |
|
![]() Gambar 8 |
![]() Gambar 3 |
|
|
![]() Gambar 4 |
|
![]() Gambar 10 |
![]() Gambar 5 |
|
![]() Gambar 11 |
![]() Gambar 6 |
![]() |
![]() Gambar 12 |
Dari 4 kwintal ketela pohon menghasilkan kurang lebih 1½ kwintal (150 kg) slondok yang siap dipasarkan. Untuk pemasaran, sudah ada sales yang mengambil setiap harinya dengan rata-rata penjualan 50-60 kg, selebihnya dititip di Pasar Pakem, Balerante, Ngablak Turi Sleman.
Harga slondok adalah Rp120 per kilogram. Omzet tertinggi bisa mencapai Rp1,8 juta per hari (hasil penjualan slondok saat lebaran), sedangkan kulit ketela dapat dijual untuk makanan ternak sapi dengan harga Rp60 per karung. Setelah lebaran rata-rata penjualan mencapai 10 kwintal slondok per bulan.
Sebelum mendapatkan bantuan dari dana BLM APBN-P, ibu-ibu yang membuat bulatan slondok ini hanya mampu membuat maksimal 300 soloran dan waktu pengerjaan mulai dari mengupas kulit ketela sampai penggorengan dibutuhkan waktu 15 jam (mulai pukul 05 sampai 20 WIB) itupun belum termasuk pengepakan.
Dengan melihat potensi yang sudah ada dan adanya keinginan dari kelompok warga miskin yang ingin meningkatkan kesejahteraannya maka BKM Setya Bhakti mengadakan Pelatihan Kewirausaahan yang diikuti oleh pengusaha-pengusaha kecil yang tercatat di PS2. Motivator yang diundang, Bimo dari Tirtoadi, ternyata berdampak positif bagi peserta pelatihan.
![]() |
![]() |
Suharni, menjadi tumpuan ibu-ibu warga miskin di sekitarnya |
Yuliati yang bertanggung jawab dalam memproduksi slondok |
Kelompok usaha slondok ini masih bisa dikembangkan lagi dengan penambahan alat-alat seperti tedo (tempat meletakkan soloran), soblok/dandang untuk merebus singkong, wajan untuk menggoreng, rigen (untuk jemur slondok), luweng (tungku yang terbuat dari semen) agar para pembuat bulatan slondok bisa lebih banyak penghasilannya—yang semula tiga tedo bisa ditingkatkan menjadi 5 tedo) dan waktu pengerjaannyapun menjadi lebih cepat. Dan, karena anggota kelompok slondok ini juga termasuk dalam warga PS 2 maka kelompok ini merupakan prioritas usulan dari BKM untuk mengajukan dana di UPK.
Berawal dari stimulan mesin giling slondok seharga Rp2.1500, dan seller yang telah diberikan BKM dengan pemanfaatan dana BLM APBN-P dapat memotivasi kelompok Ibu Suharni membesarkan kelompoknya dengan meminjam dana dari UPK, dan mengadakan pertemuan rutin setiap bulannya. Semoga usaha slondok semakin berkembang dan kesejahteraan anggotanya pun dapat meningkat. Aamiin. [DIY – BP Sosialisasi]
Penjualan slondok | 1.000 | 12.000 | 12.000.000 |
Penjual kulit ketela | 40 | 6.000 | 240.000 |
Penerimaan per bulan | (Rata-rata) | 12.240.000 | |
Pembelian Bahan Baku | 2.700 | 1.800 | 4.860.000 |
Wawang Putih | 5.000 | 135.000 | |
Garam | 2.500 | 67.500 | |
Bumbu masak | 178.000 |
67.500 | |
Minyak Goreng | 8.000 | 2.314.000 | |
Kayu Bakar | 216.000 | ||
Listrik | 100.000 | ||
Upah Tenaga |
2.500.000 | ||
Plastik, Nyablon |
75.000 | ||
Transport Pemasaran | 150.000 | ||
Total Pengeluaran per bulan | (Rata-rata) | 10.485.000 | |
Laba Bersih per bulan | 1.755.000 |
Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ini silakan menghubungi:
KSM Sido Rukun (Binaan BKM Setya Bakti)
Dusun Jenengan, Desa Pondokrejo
Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman
Provinsi DI Yogyakarta
Contact person Tim Sleman 3:
Editor: Nina Firstavina
BLM PNPM Mandiri Perkotaan sekira Rp101 juta nyaris raib disalahgunakan. Namun dana tersebut ters...
Dalam perjalanan pembangunan Posyandu ini tidaklah mudah, BKM Siasayangngi Kelurahan Baru harus memu...