![]() |
JOGJA—Tidak hanya ditata, pemberdayaan masyarakat di kawasan pinggiran sungai juga terus dilakukan oleh Pemko Jogja. Gayung bersambut, hal itu diikuti pula dengan komitmen warga, salah satunya adalah dengan membentuk Kelompok Sosial Berkelanjutan (KSB).
Salah satu KSB yang kini sedang berkembang adalaha KSB Berkah Raharja di Kampung Jogoyudan, Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis, Jogja. Berdiri sejak dua tahun terakhir, kelompok ini tidak bisa dilepaskan dari dampak penataan kawasan tersebut melalui Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). “Awalnya hanya melayani proses simpan pinjam yang melibatkan ibu-ibu di kampung tersebut. Total ada 17 orang yang jadi anggota,” kata Melani Setiari, Bendahara KSB Berkah Raharja kepada Harian Jogya, Minggu (17/2).
Pada Sabtu (16/2), kelompok usaha tersebut tidak lagi melayani aktivitas simpan pinjam. Mereka membentuk unit usaha baru yang dinamanakan Code Food dengan menu andalan Tape Ketan Bu Pi, sebuah panganan yang dikreasi dan menjadi ciri khas Jogoyudan, khususnya warga RW 9.
Nama Code Food pun diambil lantaran mereka berada di wilayah bantaran Kali Code. “Sebenarnya aktivitas ini sudah kami lakukan sejak setahun terakhir. Kami baru bisa launching setelah dapat izin PIRT [Produksi Industri Rumah Tangga] pangan dan NPWP [Nomor Pokok Wajib Pajak],” kata Lani.
Disinggung soal harga, Lani mengaku harganya pun murah. Selain tape ketan, KSB yang beranggotakan 17 ibu-ibu rumah tangga juga punya beragam produk, khususnya kudapan yang dikreasikan dan menggunakan bahan yang aman dikonsumsi, seperti cendol ikan nila.
Menurut Lani, cendol tersebut dibuat laiknya cendol kebanyakan. Hanya bahannya juga menggunakan campuran daging ikan nila yang dikukus. Ada juga produk sate bakso yang juga menjadi andalan kelompok ini. “Rasanya enak,” katanya.
Sayangnya, selama ini pemanasaran produk Code Food masih minim. Mereka belum berani tampil percaya diri meskipun produk yang diproduksi diklaim lebih lezat dibandingkan produk yang ada di pasaran. Selama ini mereka mendapatkan beberapa pesanana lewat pertemanan. “Kami masih menunggu pesanan baru diproduksi. Untuk pemasaran online maupun offline belum dilakukan,” katanya.
Lurah Gowongan, Gunawan Wibisono berharap agar produksi panganan dari kelompok tersebut dilakukan secara konsisten. Selain untuk mempertahankan eksistensi kelompok, hal itu bertujuan agar produksi yang dilakukan dapat dikenal secara luas di masyarakat. “Oleh karena itu kami minta mereka bisa terus melakukan inovasi dan kreasi. Yang paling penting adalah kontinyuitas produksi,” katanya.
Kelurahan, katanya, saat rapat selalu menggunakan konsumsi yang diproduksi kelompok-kelompok masyarakat. Salah satunya di RW 8 Jogoyudan. “Ke depan jika memang administrasi mereka siap, seperti IPRT, NPWP, Cap dan nota ada, kami akan mencoba sajian mereka. Kalau dilihat sepintas, apa yang mereka sajikan sudah sangat layak (dipasarkan),” katanya.
Dokumentasi asli:
![]() |
Sumber: Harian Jogja
Edisi: Senin, 18 Februari 2019
(Abdul Hamid Razak)
Sejak digulirkan tahun 2015, Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) mampu mereduksi dan menuntaskan ka...
PT Pelindo yang berkantor di Pelabuhan Tembaga Kota Probolinggo, hari Selasa (16/7/19) memberikan...